Di tengah krisis energi di Indonesia, wacana pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN kembali mencuat. masih banyak perdebatan dari kubu yang pro dan kontra. Kami belum bisa menyimpulkan untuk memihak di salah satu kubu yang mana. Namun, marilah kita menyimak pendapat-pendapat mereka.
Menteri Riset dan Teknologi mengemukakan bahwasanya Kementeriannya siap untuk mensosialisasikan dan membangun PLTN. Indonesia sudah memiliki 3 reaktor nuklir penelitian, yaitu di Serpong (Banten), Bandung (Jawa Barat), dan Yogyakarta. dan sekarang sejumlah daerah tertarik untuk membangun PLTN. selanjutnya bisa disimak di sini.
Hal ini didukung pula oleh Wakil Presiden Budiono yang menyatakan Indonesia sudah saatnya mengembangakn PLTN. Biaya yang diperlukan memang mahal, namun pembiayaannya akan murah bila teknologinya dikuasai. Namun, Wapres tidak bisa memastikan kapan PLTN direalisasikan. Selengkapnya bisa dilihat di sini.
Sedangkan di kesempatan berbeda, anggota Dewan Energi Nasional, Rinaldy Dalimi berpendapat bahwa Indonesia seharusnya lebih mengembangkan energi terbarukan yang potensial semisal panas bumi, tenaga matahari, dan sebagainya. Beliau menambahkan, Indonesia seharusnya menunggu teknologi PLTN dengan menggunakan reaktor fusi berbahan baku deuterium. Sedangkan PLTN yang ada seakrang menggunakan reaktor fisiberbahan bakar uranium. Rinaldy menyatakan, risiko penggunaan uranium dengan bahan baku energi lain, seperti batu bara dan gas, tidak dapat disamakan. Sampah uranium memang bisa dikelola dengan teknologi tinggi, tetapi teknologinya masih dikuasai negara-negara besar sehingga mahal. Hal itu membuat harga listrik dari PLTN fisi akan lebih mahal dibandingkan dengan harga listrik saat ini.
Sementara itu, anggota DEN lainnya yang juga Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung Widjajono Partowidagdo mengatakan, jika penggunaan energi saat ini bisa dihemat, Indonesia masih akan terpenuhi kebutuhan listriknya hingga 2025. Beliau menyarankan agar Indonesia membangun PLTN bersama Singapura sehingga risiko keamanan dan biayanya dapat dibagi dan bisa saling mengawasi.
Menurut Direktur Bisnis dan Manajemen Risiko PLN Murtaqi Syamsuddin, biaya pembangkitan listrik PLTN adalah yang termurah bila dibandingkan dengan bahan bakar lainnya. 4,19 sen dollar per kilowatt jam, sementara dengan bahan bakar lain 6,33 sen dollar-18,33 sen dollar per kWh. Namun, pembangunan PLTN di Indonesia memiliki banyak kendala, antara lain biaya kapital sangat tinggi dan masa konstruksi amat lama. Selengkapnya bisa dibaca di sini dan sana.
tulisan terkait :
Komentar Terbaru